Sebagian besar dari kita menganggap bahwa membakar akan membuat tanah lebih subur. Sementara itu, sisa-sisa pangkasan, seperti cabang, ranting, dedaunan serta batang dibakar dilahan, dan seringkali menjadi suatu alasan untuk melakukan pembakaran.
Pembakaran di lahan pertanian berdampak pada ekologi dan hilangnya biodiversitas atau keragaman hayati.Dampak pada ekologi secara makro adalah terjadinya penurunan spesies dalam jumlah maupun keragaman, dan pada gilirannya berdampak buruk pada kehidupan manusia.
Pembakaran di lahan berpengaruh besar terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dalam jangka pendek pembakaran yang menghancurkan bahan organik tanah berpengaruh positif terhadap peningkatan ketersediaan hara. Namun demikian yang perlu diwaspadai jika terjadi curah hujan setelah pembakaran. Hal tersebut akan mempercepat kehilangan abu organik/bahan organik dan hara oleh aliran air permukaan (run off)
Berikut adalah dampak yang ditimbulkan jika melakukan pembakaran di lahan pertanian;
1. Sifat Fisik
Membersihkan lahan dengan cara membakar lama-kelamaan akan merusak struktur tanah sehingga menyebabkan permukaan tanah menurun dan sulit untuk ditanami lagi. Permukaan tanah yang semakin menurun juga menyebabkan rusaknya hidrologi tanah, Rentan terhadap erosi dan abrasi.
Dampak lain adalah humus tanah tidak akan tersimpan di dalam tanah. Jika musim hujan tiba, maka semua unsur hara dan humus akan tersapu akibat aliran air permukaan (run off).
Hilangnya bahan organik tanah atau humus yang merupakan sumber energi dan hara bagi kehidupan organisme tanah selanjutnya dapat merusak stabilitas struktur tanah (agregat tanah) ataupun sifat fisik tanah lainnya.
Pembakaran lahan yang berlangsung terus menerus mengakibatkan tanah akan menjadi kurus, Tanah harus dipupuk terus dengan dosis semakin tinggi. Akibatnya kerusakan tanah tidak dapat terelakkan lagi dan menyebabkan degradasi lahan.
2. Sifat Kimiawi
Perubahan sifat kimia tanah pasca membakar diantaranya adalah hilangnya bahan organik dan Ca2+.Pembakaran di lahan mampu meningkatkan pH tanah, meningkatkan N-Amonium, fosfor tersedia, Na+, K+ dan Mg2+,serta menurunkan KTK, dan Ca2+.
Ketersediaan hara N pasca membakar ternyata meningkat. Hal ini diakibatkan transformasi bahan organik yang terjadi pada suhu yang tinggi. Peningkatan N baik dalam bentuk NH4+ dan NO3ternyata memiliki pengaruh jangka pendek, akan tetapi, pada dua tahun setelah membakar jumlah N makin menurun. Penurunan tersebut terkait dengan makin rendahnya laju mineralisasi dan juga nitrifikasi.
Berefek juga pada Penurunan kapasitas tukar kation (KTK) dipengaruhi oleh penurunan Ca2+ yang mendominasi komplek pertukaran, penurunan Ca2+ sebagai akibat fraksi Ca2+ yang berikatan dengan bahan organik tervolatilisasi pada suhu tanah lebih tinggi.
3. Sifat biologi
Suhu yang dihasilkan dari membakar dapat mengganggu aspek biologi dalam tanah. Pembakaran dilahan menyebabkan serasah permukaan seluruhnya termakan api, perakaran permukaan mati, mikroba dan organisme permukaan mati seperti cacing, jangkrik, dan hewan arthropoda lainnya, dan terjadi volatilisasi hara.
Pada beberapa kasus, membakar merupakan alternatif dalam pengendalian hama dan penyakit yang susah dikendalikan, tetapi dampak yang ditimbulkan sangat besar, bahkan untuk memulihkan tanah dibutuhan biaya, tenaga dan waktu yang sangat besar. Untuk meningkatkan pH tanah satu angka saja, dibutuhkan bahan organik 8-9 ton/ha/tahun atau setara dengan 2 ton kapur dalam setahun.
Mari selamatkan lahan kita untuk keberlanjutan generasi kita.